TikTokvideo from najahe_ (@najahtridasa): "Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat." #itikaf". suara asli - bollyjaanam.Sulit dipungkiri, pertemanan pasti memengaruhi sifat dan sikap seseorang. Lingkungan pertemanan yang baik, maka seseorang akan baik. Sebaliknya, bila lingkungan pertemanan buruk maka akan buruklah sifat dan sikap seseorang. Teman yang baik maka akan semakin banyak ilmu, hikmah, serta manfaat yang diperoleh. Maka di stulah, letak pentingnya mempertimbangkan kualitas lingkungan pertemanan. Bukan hanya memperbanyak SAW pernah berpesan bahwa ukuran ketaatan seseorang bisa dilihat dari kualitas pada teman yang dimilikinya. “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” Abu Dawud.Saatnya memilih teman yang baik. Karena zaman sekarang, banyak yang mengaku teman di saat senang. Tapi ada pula teman yang hilang di saat susah. Jadi harus hati-hati dalam memilih pertemanan. Tidak semua teman yang ada di grup WA itu baik. Tidak semua teman di media sosial itu baik. Karena itu sikap dalam berteman sangat penting. Bila bermanfaat maka temanilah. Bila tidak bermanfaat maka jauhilah dengan segala teman pada saat senang itu sangat mudah. Tanpa dicari pun mereka akan banyak datang menghampiri kita. Namun sebaliknya, ketika kita dalam keadaan sulit, yakinlah hampir semua teman akan pergi meninggalkan kita. Jika tersisa, itu pun hanya teman yang memang ikhlas mau berteman dengan kita. Orang-orang yang jujur dalam berteman. Teman yang tidak munafik dalam kondisi dan situasi apapun. Teman yang memilih teman yang baik di era media sosial. Bila perlu, hanya memiliki seorang teman jujur dan baik dalam segala kondisi itu jauh lebih baik. Daripada punya banyak teman namun tidak bermanfaat. Apalagi hanya teman-teman yang doyan gibah, fitnah, bahkan gosip. Jauhi dan tinggalkan lingkungan pertemanan yang memilih teman yang baikSilakan diingat, siapa sih teman kita yang baik dulu?Mungkin ada, mungkin pula tidak. Mungkin banyak teman yang datang di saat kita senang. Tapi gilirann kita terjungkal, tidak sedikit teman yang tertawa dan membicarakannya di belakang. Tanpa merasa bersalah dan prihatin sedikit pun lalu tetap mengaku teman. Maka di momen lebaran ini, saatnya memilah dan memilih teman yang baik. Caranya sederhana, carilah teman yang solih, teman yang bermanfaat, dan teman yang bertindak positif. Jika ada, pertahankan. Jika tidak ada, di mana pun, pasti memberi pengalaman dan pelajaran yang berbeda. Maka harus hati-hati dan waspada. Karena tidak sedikit pertemanan yang buruk di zaman begini. Agar tidak tertular kebiasaan negatif pertemanana. Maka saatnya memilih teman yang baik, yaitu 1 teman yang taat ibadah, 2 teman yang mendukung dalam kebaikan, 3 teman yang amanah, 4 teman yang jujur dalam segala keadaan, 5 teman yang bisa mengajak kepada kegiatan positif, dan 6 teman yang menjaga silaturahim dalam bermanfaat. Bukan teman yang hanya jago ngomong tanpa bisa berbuat. Apalagi teman-teman penggibah dan pemfitnah. Jauhi dan tinggalkan saja, toh kita tidak hidup dari mereka. Ada teman yang ngomong baik saat di depan kita. Tapi ada teman yang menebar aib dan menikam saat di belakang jumlah teman yang kamu miliki mungkin terlalu banyak jika kamu menghitungnya. Akan tetapi. Mereka akan menjadi sedikit ketika kamu dalam keadaan sulit Ali bin Abi Thalib RA.
Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya." (HR. Ahmad). Sahabat. Abud Darda' berkata; di antara bentuk kecerdasan seseorang adalah selektif dalam memilih teman berjalan, teman bersama dan teman duduknya. Sebab teman itu boleh dikatakan adalah teman akrab.
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة “Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628 Wahai saudariku, demikianlah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan petunjuk kepada kita agar senantiasa memilih teman-teman yang shalih dan waspada dari teman-teman yang buruk. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan contoh dengan dua permisalan ini dalam rangka menjelaskan bahwa seorang teman yang shalih akan memberikan manfaat bagi kita di setiap saat kita bersamanya. Sebagaimana penjual minyak wangi yang akan memberikan manfaat bagi kita, berupa pemberian minyak wangi, atau minimal jika kita duduk bersamanya, kita akan mencium bau wangi. Manfaat Berteman dengan Orang yang Shalih Berteman dengan teman yang shalih, duduk-duduk bersamanya, bergaul dengannya, mempunyai keutamaan yang lebih banyak dari pada keutamaan duduk dengan penjual minyak wangi. Karena duduk dengan orang shalih bisa jadi dia akan mengajari kita sesuatu yang bermanfaat untuk agama dan dunia kita serta memberikan nashihat-nashihat yang bermanfaat bagi kita. Atau dia akan memberikan peringatan kepada kita agar menghindari perkara-perkara yang membahayakan kita. Teman yang shalih senantiasa mendorong kita untuk melakukan ketaatan kepada Allah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahim, dan mengajak kita untuk senantiasa berakhlak mulia, baik dengan perkataannya, perbuatannya, ataupun dengan sikapnya. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman duduknya, dalam hal tabiat dan perilaku. Keduanya saling terikat satu sama lain dalam kebaikan ataupun yang sebaliknya. Bahjah Quluubil Abrar, 119 Jika kita tidak mendapat manfaat di atas, minimal masih ada manfaat yang bisa kita peroleh ketika berteman dengan orang yang shalih, yaitu kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatan jelek dan maksiat. Teman yang shalih akan selalu menjaga persahabatan, senantiasa mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, berusaha menghilangkan keburukan. Dia juga akan menjaga rahasia kita, baik ketika kita bersamanya maupun tidak. Dia akan memberikan manfaat kepada kita berupa kecintaannya dan doanya pada kita, baik kita masih hidup maupun setelah mati. Bahjatu Quluubil Abrar, 119 Wahai saudariku, sungguh manfaat berteman dengan orang yang shalih tidak terhitung banyaknya. Dan begitulah seseorang, akan dinilai sesuai dengan siapakah yang menjadi teman dekatnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927 Bahaya Teman yang Buruk Jika berteman dengan orang yang shalih dapat memberikan manfaat yang sangat banyak, maka berteman dengan teman yang buruk memberikan akibat yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan bagi orang yang bergaul bersamanya. Sungguh betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik sadar ataupun tidak sadar. Bahjatu Qulubil Abrar, 120 Oleh karena itulah, sungguh di antara nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman adalah Allah memberinya taufiq berupa teman yang baik. Sebaliknya, di antara ujian bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk. Bahjah Qulubil Abrar, 120 Berteman dengan orang shalih akan memperoleh ilmu yang bermanfaat, akhlak yang utama dan amal yang shalih. Adapun berteman dengan orang yang buruk akan mencegahnya dari hal itu semua. Jangan Sampai Menyesal Allah Ta’ala berfirman وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا “Dan ingatlah hari ketika itu orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata “Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadikan sifulan itu teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” QS. Al Furqan 27-29. Sebagaimana yang sudah masyhur di kalangan ulama ahli tafsir, yang dimaksud dengan orang yang dzalim dalam ayat ini adalah Uqbah bin Abi Mu’ith, sedangkan si fulan yang telah menyesatkannya dari petunjuk Al Qur’an adalah Umayyah bin Khalaf atau saudaranya Ubay bin Khalaf. Akan tetapi secara umum, ayat ini juga berlaku bagi setiap orang yang dzalim yang telah memilih mengikuti shahabatnya untuk kembali kepada kekafiran setelah datang kepadanya hidayah Islam. Sampai akhirnya dia mati dalam keadaan kafir sebagaimana yang terjadi pada Uqbah bin Abi Mu’ith. Adhwa’ul Bayan, 6/45 Begitulah Allah Ta’ala telah menjelaskan betapa besarnya pengaruh seorang teman dekat bagi seseorang, hingga seseorang dapat kembali kepada kekafiran setelah dia mendapatkan hidayah islam disebabkan pengaruh teman yang buruk. Oleh karena itulah sudah sepantasnya setiap dari kita waspada dari teman-teman yang mempunyai perangai buruk. Penutup Wahai saudariku, ingin ku kutipkan sedikit nashihat yang semoga bermanfaat untukku maupun untuk dirimu. Nashihat ini berasal dari seorang ulama bernama Ibnu Qudamah Al Maqdisiy “Ketahuilah, Sungguh tidaklah pantas seseorang menjadikan semua orang sebagai temannya. Akan tetapi sepantasnya dia memilih orang yang bisa dijadikan sebagai teman, baik dari segi sifatnya, perangainya, ataupun apa saja yang bisa menimbulkan keinginan untuk berteman dengannya. Sifat ataupun perangai tersebut hendaknya sesuai dengan manfaat yang dicari dari hubungan pertemanan. Ada orang yang berteman karena tujuan dunia, seperti karena ingin memanfaatkan harta, kedudukan ataupun hanya sekedar bersenang-senang bersama dan ngobrol bersama, akan tetapi hal ini bukanlah tujuan kita. Ada pula orang yang berteman untuk tujuan agama, dalam hal ini terdapat pula tujuan yang berbeda-beda. Di antara mereka ada yang bertujuan dapat memanfaatkan ilmu dan amalnya, ada pula yang ingin mengambil manfaat dari hartanya, dengan tercukupinya kebutuhan ketika berada dalam kesempitan. Secara umum, kesimpulan orang yang bisa dijadikan sebagai teman hendaknya dia mempunyai lima kriteria berikut Berakal cerdas, berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus terhadap dunia. Kecerdasan merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang dungu, karena orang yang dungu terkadang dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Akhlak baik, hal ini juga sebuah keharusan. Karena terkadang orang yang cerdas jika ia sedang marah dan emosi dapat dikuasai oleh hawa nafsunya. Maka tidaklah baik berteman dengan orang yang cerdas tapi tidak berakhlak. Sedangkan orang yang fasiq, dia tidaklah mempunyai rasa takut kepada Allah. Dan orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, kamu tidak akan selamat dari tipu dayanya, disamping dia juga tidak dapat dipercaya. Adapun ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan jeleknya kebid’ahannya. Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37 Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat untukku dan untukmu saudariku… Amiin … *** Penyusun Latifah Ummu Zaid Murajaah Ustadz Ammi Nur Baits Rujukan Bahjatu Qulubil Abrar, syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy, Maktabah Al Imam Al Wadi’iy, Shan’aa Adhwa’ul Bayan, Muhammad Al Amin Asy-Syinqithi, Darul-Fikr lith-thoba’ah wan-nasyr wat-tauzi’, Beirut Maktabah Asy-Syamilah Mukhtashor minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisiy. Maktabah Asy-Syamilah
Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya." (HR. Ahmad). Abud Darda' berkata, di antara bentuk kecerdasan seseorang adalah selektif dalam memilih teman berjalan, teman bersama, dan teman duduknya. Sebab teman itu boleh dikatakan adalah teman akrab.Memilih Teman dalam Bergaul Sebelumnya telah dikemukakan sebuah hadits yang diriwayatkan secara marfu’ dari Abu Hurairah radhiAllahu Anhu, “Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya,maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa berteman.” Maknanya, bahwa seseorang itu tegantung kebiasaan temanya, tingkah laku dan juga gaya hidupnya, maka hendaklah ia memperhatikan dan meneliti dengan siapa ia yang agama dan akhlaknya diridhai maka hendakia berteman denganya, dan jika tidak maka hendaklah ia menjauhinya, karena tabi’ at itu adalah sesuatu yang di curi diambil dari orang yang di sebutkan dalam kitab Anul Ma’bud. Abu Sa’id al-Khuduri radhiAllahu Anhu, meriyatkan bahwa nabi bersabda عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال لاَ تُصَاحِب إِلاَّ مُؤْمِنًا، وَلاَ يَأْكُل طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِي “Janganlah kalian berteman kecuali dengan orang yang beriman, dan jangan ada orang yang makan makananmu kecuali orang yang bertaqwa. Larangan bersahabat mencakup larangan bersahabat dengan pelaku dosa besar dan orang yang suka berbuat dosa, karena mereka melakukan apa yang Allah dengan mereka akan mendatangkan kemudharatan pada lagi larangan bersahabat dengan orang-orang munafik, maka larangan ini lebih diutamakan. Sabda nabi, “dan jangan ada orang yang makan makananmu kecuali orang yang bertakwa .” Al-Khathtabi berkata, “Larangan ini berlaku pada makanan undangan, bukan makanan karena kebutuhan, karena Allah Subhanahu wata’ala berfirman وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,anak yatim dan orang yang ditawan.”Al-Insan 8 Telah diketahui bahwa diantar para tawanan ad orang kafir yang tidak beriman dan tidak saja nabi mmermberi peringatan agar tidak berteman bersam orang yang tidak bertakwa dan melarang bercampur baur dan memberi kepadanya, karena memberi makanan akan membutuhkan kelembutan dan kasih saying dalam hati. Teman dekat dan Teman duduk yang berakhlak jelek menimbulkan bahaya yang nyata dan tidak bisa di hindari, bagaiman pun cara menjaganya, berdasarakan nash dari sabda nabi Abu Musa al-Asy’ ari radhiAllahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasullulah bersabda مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَه “Permisalan Teman duduk yang shalih dan yang akhlakny buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai penjual minyak wangi, bisa jadi ia memberi minyak wangi, ata engkau membelinya darinya, atau engkau mendapatkan bau yang wangi pandai besi, bisa jadi ia membakar pakaianmu atau engkau mendapat bau yang tidak sedap.” HR. Bukhori Dinukil oleh Helmi Nabil Alim Kelas 9A - dari Buku Kumpulan adab islamiSesungguhnyaseseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi sebaliknya. Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih.Teman bergaul dan lingkungan yang Islami, sungguh sangat mendukung seseorang menjadi lebih baik dan bisa terus istiqomah. Sebelumnya bisa jadi malas-malasan. Namun karena melihat temannya tidak sering tidur pagi, ia pun rajin. Sebelumnya menyentuh al Qur’an pun tidak. Namun karena melihat temannya begitu rajin tilawah Al Qur’an, ia pun tertular rajinnya. Perintah Agar Bergaul dengan Orang-Orang yang Sholih Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman, وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ “Bagaimana mungkin tidak mungkin kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada agama Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” QS. Ali Imran 101. Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benarjujur.” QS. At Taubah 119. Berteman dengan Pemilik Minyak Misk Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita. مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً “Seseorang yang duduk berteman dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”[1] Memandangnya Saja Sudah Membuat Hati Tenang Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih. Al Fudhail bin Iyadh berkata, نَظْرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجْلُو القَلْبَ “Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.”[2] Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya. Abdullah bin Al Mubarok mengatakan, “Jika kami memandang Fudhail bin Iyadh, kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.” Ja’far bin Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju Muhammad bin Waasi’.”[3] Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami murid-murid Ibnu Taimiyyah, jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”.[4] Lihatlah Siapa Teman Karibmu! Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ “Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545. Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.”[5] Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih teman bergaul. Jauhilah teman bergaul yang jelek jika tidak mampu merubah mereka. Jangan terhanyut dengan pergaulan yang malas-malasan dan penuh kejelekan. Banyak sekali yang menjadi baik karena pengaruh lingkungan yang baik. Yang sebelumnya malas shalat atau malas shalat jama’ah, akhirnya mulai rajin. Sebaliknya, banyak yang menjadi rusak pula karena lingkungan yang jelek. Semoga Allah mudahkan dan beri taufik untuk terus istiqomah dalam agama ini. Disusun di Sakan 27, KSU, Riyadh, KSA, pada 26 Syawal 1431 H 4/10/2010 Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Baca Juga Meminta Traktir Teman, Apa Sama dengan Mengemis? Berteman dengan Non Muslim, Bolehkah? [1] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 [2] Siyar A’lam An Nubala’, 8/435, Mawqi’ Ya’sub. [3] Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al Afani, hal. 466, Darul Affani, cetakan pertama, tahun 1421 H [4] Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, Dar Ibnul Jauziy [5] Tuhfatul Ahwadzi, Abul Ala Al Mubarakfuri, Darul Kutub Al Ilmiyyah, Beirut, 7/42Dalamsebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda: المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل "Agama seseorang tergantung dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian memerhatikan, siapa yang dia jadikan teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)16. Julho 2020Cada pessoa tem sua característica, alguns são naturalmente extrovertidos, falantes e divertidos, outros mais reservados e introvertidos. De fato a personalidade é algo que em grande parte nos acompanha desde o nascimento e se constrói na primeira infância. Neste sentido poucas mudanças podem ocorrer na vida adulta. Mas quanto aos relacionamentos como conviver e se relacionar com um homem reservado?Envergonhado ou desinteressado?Pode ser que no início do relacionamento algumas características de personalidade são mais fáceis de aguentar, e que com o tempo isso se torne um desafio. Mas de fato quando isso começa a incomodar, como lidar com uma pessoa distante e introvertida? Até onde nós mesmos conseguimos aguentar? Como e quando dar apoio à pessoa introvertida?Uma questão de personalidadeA personalidade é uma mistura entre características genéticas e fisiológicas com as experiências e nossas relações com o mundo. Ou seja, apesar de grande parte de nossa personalidade já ser definida no nascimento e infância, a vivência familiar, os amigos, escola e trabalho também influenciam a personalidade. Na infância é mais fácil identificar aquelas que ficam soltas e se divertem em grupo com muitas gargalhadas enquanto outras ficam mais envergonhadas e visivelmente desconfortável. Pessoas introvertidas acabam tendo mais dificuldade em fazer amigos, se comunicar com outras pessoas e iniciar relacionamentos. Já que muitas vezes acabam sendo mal compreendidas e taxadas como anti sociais ou estranhas. Entretanto, isso pode ser uma grande erro, pois muitas vezes a timidez impossibilita a pessoa de se envolver mais. Artigo relacionado O que é SEXT – Dicas para esquentar suas mensagens O primeiro encontro com um homem reservadoNo dia do primeiro encontro já é possível identificar que ele mantém uma certa distância, mas ainda você não consegue entender se isso acontece apenas com você ou se esta realmente é uma característica dele. De qualquer forma, isto não é motivo para abandoná lo no meio do encontro, afinal pode haver várias razões para ele se comportar assim. Muitas pessoas não sabem ao certo o que dizer no primeiro encontro. A melhor coisa é se fazer é dar o tempo à pessoa para que fique mais à vontade, e depois tentar falar de assuntos mais divertidos para quebrar o gelo. Mesmo que não dê certo você pelo menos tentou. Como deixá-lo mais solto e leve quando estamos juntos?As vezes acontece de encontrarmos uma pessoa super especial, bonita, legal e que se encaixa perfeitamente na pessoa do nosso sonho. Porém ele parece um pouco distante e algumas vezes até um pouco frio, o que dificulta a aproximação de vocês. Mas isso não te impede de se apaixonar. Mas o fato é que essa frieza te deixa insegura. Pode ser que ele esteja apenas fazendo um jogo, sim pode não é raro. Mas a melhor forma de entender o que se passa é perguntar de forma objetiva. Pergunte à porque raramente ele toma iniciativa e porque sempre dá respostas curtas e objetiva. Este comportamento é por timidez ou desinteresse? Mas claro este tema é complexo para se ter todas as respostas. Em um relacionamento com um homem muitos de nós sabemos quando estamos apaixonados realizamos muitas características da pessoa que amamos. Porém com o passar dos tempos, até pequenos detalhes podem se tornar grandes obstáculos. Então essa distância e falta de iniciativa pode começar a te incomodar. Será que ele teve alguma experiência negativa no passado? Como uma traição por exemplo? E por isso age dessa forma para se proteger? Você pode tentar deixá-lo mais relaxado e descontraído, isso pode funcionar, já que alguns homens gostam e precisam de companheiras que os incentivem. Mas isso é claro sempre respeitando a vontade deles. E se isso se tornar um problema muito grande entre vocês, talvez seja melhor cada um seguir o seu caminho. Tenha em mente que é muito comum que pessoas reservadas e distantes tenham tido experiências ruins no passado e queiram apenas se proteger com este tipo de comportamento. Leia também Encontro virtual em tempos de quarentena
AlA'masy mengatakan : "Biasanya Salafus Shalih tidak menanyakan (keadaan) seseorang sesudah (mengetahui) tiga hal yaitu jalannya, tempat masuknya, dan teman-temannya." (Al Ibanah 2/476 nomor 498) 160. Ayyub As Sikhtiyani diundang untuk memandikan jenazah kemudian beliau berangkat bersama beberapa orang.
Jakarta - Lingkaran pertemanan, atau yang dalam bahasa Inggris disebut circle, turut mempengaruhi kepribadian seseorang. Hal itu juga memungkinkan akan menentukan puncaknya tersebut dikatakan Habib Ja'far dalam detikKultum detikcom, Sabtu 15/4/2023. Habib menyebut, circle dapat menentukan berbagai hal. Mulai dari hobi, pekerjaan, kuliner yang disukai, nasib, hingga agama. Circle dalam hal ini bisa berupa teman atau lingkungan."Dan puncaknya adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad dalam riwayat Abu Hurairah, "Agama seseorang itu tergantung kepada teman dekatnya." Maka selektiflah dalam memilih teman atau menentukan lingkungan di mana kita tinggal," pinta Habib Ja'far. Habib Ja'far menerangkan hal ini dengan memberikan perumpamaan sebagaimana disebut dalam sabda Nabi SAW bahwasanya seseorang dengan temannya itu adalah seperti pandai besi dan penjual minyak SAW bersabda,مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةArtinya "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi percikan apinya mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." HR Bukhari dan MuslimMenurut Habib Ja'far, perumpamaan dalam hadits tersebut mengajarkan kepada kita agar berhati-hati dalam memilih lingkungan pertemanan supaya tidak membawa pengaruh buruk bagi sisi lain, kata Habib Ja'far, hadits tersebut juga mengajarkan bahwa ketika kita memiliki keimanan yang kuat, ekonomi yang mapan, dan kesadaran yang tinggi, seharusnya kita juga berkumpul dengan orang-orang yang lemah ekonominya, lemah imannya, dan lemah demikian? Selengkapnya detikKultum Habib Ja'far Seseorang Tergantung Siapa Circle-nya, Selektiflah! tonton DI SINI. lus/lus